Jumat, 23 Desember 2016

Manusia Sebagai Makhluk Otonom


Sebagai makhluk otonom, manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan sikap, dengan kata lain, ia adalah makhluk yang mandiri. Secara etimologi, Otonomi berasal dari bahasa Yunani “autos” yang artinya sendiri, dan “nomos” yang berarti hukum atau aturan, jadi pengertian otonomi adalah pengundangan sendiri. Otonom berarti berdiri sendiri atau mandiri. Jadi setiap orang memiliki hak dan kekuasaan menentukan arah tindakannya sendiri. Ia harus dapat menjadi tuan atas diri. Berbicara mengenai manusia bukanlah sesuatu yang mudah dan sederhana, karena manusia banyak memiliki keunikan. Keunikan tersebut dinyatakan sebagai kodrat manusia. Manusia sulit dipahami dan dimengerti secara menyeluruh tetapi manusia mempunyai banyak kekuatan-kekuatan spiritual yang mendorong seseorang mampu bekerja dan mengembangkan pribadinya secara mandiri. Arti otonom adalah mandiri dalam menentukan kehendaknya, menentukan sendiri setiap perbuatannya dalam pencapaian kehendaknya.

Allah telah memberikan akal budi yang membuat manusia tahu apa yang harus dilakukannya dan mengapa harus melakukannya. Dengan kemampuan akal budinya, manusia mampu membedakan hal baik dan buruk dan membuat keputusan berdasarkan suara hatinya dan mampu bersikap kritis terhadap berbagai pilihan hidup. Manusia adalah makhluk hidup, yang mampu memberdayakan akal budinya, maka manusia mempunyai berbagai kemampuan, yakni mampu berpikir, berkreasi, berinovasi, memberdayakan kekuatannya sehingga manusia tidak pernah berhenti untuk berkembang dalam mengembangkan dirinya sebagai suatu upaya dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, dalam mengaktualisasikan sebagai individu.
Allah SWT telah menerangkan dalam Al Qur'an Surat Al-Baqaroh ayat 185 yang artinya:“...Dia menurunkan Al-Quran di dalam bulan Romadhan, sebagai petunjuk bagi manusia, penerangan dan furqon ...”. (2:185).
Ayat di atas mengindikasikan bahwa Al Qur'an itu adalah pedoman hidup dan petunjuk bagi manusia. Ketika manusia berada dalam kebingungan, maka mereka harus kembali mengingat dan memahami kembali isi Al Qur'an. Ketika manusia berada dalam kegelapan, maka Al Qur'an-lah yang akan meneranginya. Ketika manusia dihadapkan kepada dua pilihan yang sulit, maka manusia harus kembali mengingat Allah dengan memahami isi Al Qur'an, sehingga ia akan mudah mengambil pilihan yang sejatinya harus dipilih. Ia akan memilih sebuah pilihan yang mendekatkan diri-Nya kepada Allah.
Ketika manusia sudah melakukan hal seperti ini, maka inilah manusia yang otonom. Ketika manusia telah mampu menentukan pilihan hidupnya sesuai dengan ajaran Islam yang tertera dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah, maka manusia dapat dikatakan sebagai makhluk otonom sejati. Dengan demikian, manusia harus menentukan pilihannya sesuai dengan aturan Islam, bila ingin bahagia di dunia dan akhirat, bila ingin digolongkan ke dalam makhluk otonom yang sejati.