Sabtu, 24 Desember 2016

Manusia Sebagai Makhluk Peneliti

Allah telah menciptakan manusia dengan banyak fungsi dan kegunaan. Salah satunya yaitu sebagai makhluk peneliti dengan landasan Surah Al-`Alaq ayat 1-5 sebagai berikut:

Artinya : “Dengan nama Allah Maha Pengasih Maha Penyayang. (1) Bacalah (nyatakanlah) dengan nama Tuhan mu yang telah menciptakan (segala sesuatu di alam semesta ini). (2) Yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah beku. (3) Bacalah (umumkanlah !) dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. (4) yang mengajarkan dengan pena. (5) Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.    














Dari ayat ini, manusia dapat meneliti apa-apa yang ada di alam dengan dasar membaca terlebih dahulu, karena membaca merupakan dasar untuk menguasai suatu wawasan. Dengan perantara membaca, manusia mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan perantara membaca, manusia dapat memilih aktivitas yang sesuai dengan syari'at Islam.

Semua kegiatan yang kita lakukan atau kita kerjakan haruslah diawali dengan membaca Basmallah. Karena dengan menyebut nama Allah, semua hal positif yang kita kerjakan akan bernilai dihadapan Allah. Dan apabila semua tidak diawali dengan menyebut nama Allah, maka sia-sia lah pekerjaan itu. Karena hanya akan bernilai sama dengan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang tidak beriman. Kemudian dalam ayat itu pula Allah menegaskan bahwa Allah akan memberikan ilmu kepada manusia jika manusia itu membaca karena memang itulah janji Allah.  Dalam hal ini membaca juga memiliki maksud yakni diantaranya ilmu yang Allah janjikan. Karena membaca adalah kunci utama dalam mendapatkan ilmu. Seperti kata mutiara yang sering kita dengar bahwa buku adalah jendela dunia. Yang sebenarnya dimaksudkan agar kita rajin-rajinlah membaca agar ilmu kita semakin luas.

Tetapi Allah juga menegaskan bahwa ilmu yang diturunkan kepada manusia adalah sebagian kecil dari ilmu yang dimiliki Allah. Ilmu Allah diibaratkan bagaikan ilmu yang jika ditulis dengan tujuh samudra di bumi ini sebagai tinta, dan ranting-ranting di seluruh dunia sebagai penanya, maka itu tidaklah cukup untuk menulis ilmu yang Allah miliki. Sehingga, salah apabila meyakini AlQuran sebagai isi dari seluruh ilmu Allah. Tetapi AlQuran merupakan isi dari sebagian kecil ilmu yang Allah turunkan atau Allah karuniakan kepada manusia.

Dalam tragedi perang  Salib, Bangsa Barat mengambil alih perpustakaan terbesar yang dimiliki kaum muslimin. Buku-buku dalam perpustakaan tersebut sebagian mereka bakar, dan sebagian yang menurut mereka itu penting mereka klaim sebagai milik mereka. Mereka juga mengganti beberapa nama penemu-penemu Islam yang mereka ubah menyerupai nama barat. Nama tersebut seperti AVICENA yang sebenarnya adalah IBNU SINA, dan juga AVEROUS yang sebenarnya adalah IBNU RUSYD. Karena kejadian tersebut, para muslimin sempat berfikir apakah Islamisasi Sains itu diperlukan? Jawabannya adalah tidak. Mengapa? Karena Allah menurunkan ilmu-Nya untuk semua orang, tidak hanya kepada kaum Muslimin, tetapi juga kepada kaum lain. Allah memberikan kesempatan yang sama kepada semua orang untuk memiliki ilmu. Allah mengizinkan itu semua, namun berbedalah antara mengizinkan dengan meridhoi. Dan ilmu itu didapat tidak hanya sekedar membaca tulisan saja, tetapi juga membaca situasi, alam, dan lain sebagainya.

Dalam mencari ilmu inilah manusia zaman sekarang harus membuktikan semuanya secara empirik sehingga memerlukan sebuah penelitian. Seperti misalnya manfaat sholat yang sudah pernah diteliti dan dibuktikan dengan manfaat yang didapat seperti kebugaran dan kesehatan baik jasmani maupun rohani. Dan juga beberapa penelitian yang sebenarnya dilakukan untuk membuktikan apa yang terdapat atau disebutkan dalam Al-Quran sampai semuanya terbukti baru manusia akan percaya. Maka dari itulah mengapa manusia disebut sebagai makhluk peneliti.